06/10/20

Self-diagnose itu Berbahaya Gak Sih?

Pernah gak sih kita melihat postingan-postingan yang berbau depresi pada linimasa media sosial kalian? Pastinya pernah dong. Karena penulis pun pernah menemukannya. Jika sedang melihat postingan tersebut, kadang kita berpikir bahwa postingan tersebut terasa seperti "kita banget". 

"Hahaha ini mah gue banget, kayaknya gue depresi deh"

"Gue tuh moodyan orangnya. Sepertinya gue bipolar deh"

"Gue makan bubur diaduk! Fix gue psikopat"

Bentuk-bentuk ekspresi diatas tanpa kita sadari menunjukkan bahwa kita termasuk orang yang sedang mendiagnosis kondisi kesehatan mental diri sendiri atau bahasa kecenya ialah self-diagnose. Kondisi mendiagnosis diri sendiri semakin marak dilakukan oleh generasi sekarang karena hadirnya internet di tengah kehidupan. Kita dengan mudahnya mencari gejala-gejala suatu penyakit mental di internet. Tapi pernah gak kalian kepikiran bahwa itu sebenarnya boleh dilakukan atau enggak sih?

Sebelum penulis mengajak kalian lebih dalam untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis akan memberi kalian definisi tentang self-diagnoeseMengutip dari www.whiteswanfoundation.org bahwa, “Self-diagnosing is the process of diagnosing your illness, whether physical or mental, on the basis of past experiences or information available on popular media, such as internet or books. Intinya, self-diagnose adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang kalian dapatkan secara mandiri. Saat mendiagnosis diri, kalian menyimpulkan suatu masalah kesehatan fisik maupun psikologis dengan berbekal informasi yang kalian miliki. 

Lalu sebetulnya boleh tidak sih mendiagnosis diri sendiri?

Penulis menyarankan untuk tidak dilakukan. Jika kalian ingin mempunyai gambaran bahwa kalian terkena penyakit mental atau tidak, sebaiknya segerakan untuk pergi ke dokter atau psikiater. Mereka lebih ahli dalam bidangnya. Menjadikan internet sebagai acuan dalam menggambarkan kondisi mental itu bukanlah hal yang tepat. Kevalidan datanya masih dipertanyakan mengingat terdapat studi tersendiri untuk ini dan terdapat ahli pada bidangnya. Internet masih bisa diakses dan ditulis oleh siapa saja, karena itu, kevalidan datanya belum tentu tepat. 

Kalau begitu, ada dampaknya gak kalau kita mendiagnosis diri sendiri?

Tentu saja ada, dampak mendiagnosis kesehatan mentan diantaranya :

1. Misdiagnosis

Kekeliruan seseorang dalam mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan seseorang yang ahli dalam bidangnya akan menghasilkan misdiagnosis. Contohnya adalah seseorang yang moodyan dan mengira bahwa mereka menderita BPD. Padahal, BPD dengan moody sangat berbeda. Misdiagnosis ini sendiri akan berbahaya untuk tindakan lainnya. Misal, seseorang bisa menyebarkan info yang kurang valid ke orang lain tentang kondisi penyakit mental yang nantinya akan memperburuk suasana. 

2. Salah penanganan

Dari misdiagnosis tersebut, kemungkinan penanganannya juga akan salah. Besar peluang seseorang yang misdiagnosis bingung bagaimana cara menanganinya, terutama dalam pengobatannya. Bisa saja ketika kamu sedang self-diagnose dan langsung minum obat yang berkaitan dengan kesembuhan mental kamu, malah memperburuk keadaan karena minum obat tanpa resep psikiater. Tentunya itu sangat berisiko terhadap kesehatan.

3. Memicu gangguan kesehatan yang lebih parah

Orang yang tadinya bisa jadi tidak punya gangguan kesehatan mental, malah bisa menjadi terkena gangguan kesehatan mental. Sebagai contoh, salah satu dari kalian mengalami insomnia. Lalu kalian melakukan pencarian tentang hal tersebut dan kalian menemukan bahwa gejala depresi salah satunya adalah insomnia. Tiba-tiba kalian merasa khawatir dan kepikiran akan hal tersebut. Rasa khawatir tersebut malah berisiko untuk kalian mengalami depresi. Padahal sebelumnya kalian tidak mengalami hal tersebut, namun karena kalian terlalu khawatir, kalian jadi berisiko terkena gangguan mental tersebut.

Namun, mengentengkan segala sesuatu juga salah. Misalnya kamu mengalami sesuatu dan segera mencari informasi tersebut ke internet, lalu internet berkata bahwa kondisi yang kamu alami sekarang bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan, kamu jadi meragukan gejala yang kamu alami. Selanjutnya, kamu akan merasa denial. Kondisi itu dikhawatirkan akan memperparah kondisi kamu jika kamu tidak segera mendapat pertolongan.

4. Mengabaikan perasaan penyintas gangguan mental

Misalnya kamu merasakan gejala depresi berdasarkan hasil pencarianmu di internet, lalu kamu mengumumkan bahwa kamu mengalami depresi di depan orang yang punya depresi major kronis atau mereka yang berusaha membaik, bagaimana kira kira perasaan mereka? Mereka sedang menyembuhkan diri mereka, tetapi kamu langsung melabeli diri bahwa kamu depresi. Mereka (penyintas) juga pasti ingin hidup normal. 

Jika kamu merasa ada yang salah dengan dirimu, sebaiknya langsung adukan gejala tersebut ke psikiater. Terutama untuk kalian yang merasa :

- Ingin bunuh diri

- Selalu merasa murung dan sedih

- Merasa sulit konsentrasi dan selalu linglung

- Cemas yang tidak wajar, khawatir secara ekstrem, atau merasa bersalah tanpa sebab

- Perubahan suasana hati yang konstan

- Kehilangan minat terhadap sesuatu yang disukai (hobi/passion)

- Tiba-tiba semangat tapi tidak lama kemudian merasa hambar

- Sangat lelah walaupun tidak melakukan apa-apa

- Kesulitan tidur atau tidak bisa tidur sama sekali

- Berhalusinasi. Paranoid. Sukar membedakan mana kenyataan dan mana ilusi

- Stres karena tugas-tugas mendasar

- Tidak mampu menyelesaikan aktivitas ringan yang biasa dilakukan

- Sulit memahami situasi sekitar

- Merasa tidak dimengerti orang lain

- Nafsu seksual yang sulit ditahan (bisa jadi berbentuk dorongan untuk melakukan masturbasi beberapa kali dalam sehari)

- Sering marah karena hal sepele

- Dorongan melukai diri sendiri (cutting, membenturkan kepala ke tembok, sengaja mogok makan dan tidak tidur)

- Perilaku destruktif (merusak barang-barang)

- Membunuh hewan-hewan kecil tanpa merasa bersalah

- Kecanduan alkohol dan obat

Besar kemungkinan kamu mengalami gangguan. Mencari solusi di internet bukanlah jalan yang terbaik. If you're truly believe that you have the symptoms, go seek for professional help.

1 komentar: